PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR BERBASIS ICT
Pengantar
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sangat pesat, menurut catatan www.internetworldstats.com/ saat
ini ada satu milyard pengguna internet di dunia. Penetrasi internet di Asia
adalah 10%, sedangkan di Amerika mencapai 67%. Indonesia menduduki urutan ke 13
pengguna internet dunia dengan jumlah pengguna internet tahun 2006, sebanyak 18
juta orang. Angka itu mencapai 10 kali lebih besar dibanding lima tahun lalu.
Tidak berlebihan apabila ada yang mengatakan bahwa TIK membawa gelombang baru
menuju perubahan besar dalam sejarah kebudayaan manusia.
TIK tersebut diibaratkan arus badai,
maka setidak-tidaknya ada tiga kemungkinan sikap kita menghadapinya, yaitu
mencoba bertahan melawan arus, hanyut terbawa arus, atau memanfaatkan arus.
Dalam perumpamaan ini, sikap yang paling tepat adalah yang terakhir,
memanfaatkan arus sebagai sumber energi. Demikian pula dalam dunia pendidikan.
Arus TIK telah masuk ke dunia pendidikan. Hadirnya TIK di sekolah, di ruang
kelas, di rumah, bahkan di kamar tidur siswa, tidak lagi dapat dibendung.
Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita memilih ataupun tidak, era TIK
telah hadir.
TIK mempunyai potensi yang sangat
besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas,
stidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai
sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard
kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur.
Elearning
Salah satu kosa kata yang muncul dan
populer bersamaan dengan hadirnya TIK dalam dunia pembelajaran adalah
elearning. Elearning merupakan kependekan dari elektronik learning. Secara
generik elearning berarti belajar dengan menggunakan elektronik. Kata
elektronik sendiri mengandung pengertian yang spesifik yakni komputer atau
internet, sehinga elearning sering diartikan sebagai proses belajar yang
menggunakan komputer atau internet.
Sesungguhnya pengertian elearning
sendiri mempunyai makna yang sangat luas dan masih dipersepsikan secara
berbeda-beda. Pengertian elearning mencakup sebuah garis kontinum dari mulai
menambahkan komputer dalam proses belajar sampai dengan pembelajaran berbasis
web. Sebuah kelas yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk memutar
sebuah CD pembelajaran interaktif, dalam batasan yang minimal telah dapat
disebutkan bahwa kelas tersebut telah menerapkan elearning. Namun menurut
batasan UNESCO, elearning paling tidak harus didukung oleh sejumlah
syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu mencakup; ketersediaan software bahan
belajar berbasis TIK, ketersediaan software aplikasi untuk menjalankan
pengelolaan proses pembelajaran tersebut, adanya SDM guru dan tenaga penunjang
yang menguasai TIK, adanya infrastruktur TIK, adanya akses internet, adanya
dukungan training, riset, dukungan daya listrik, serta dukungan kebijakan
pendayagunaan TIK untuk pembelajaran. Apabila elemen-elemen tersebut telah
tersedia, maka program dan pengelolaan elearning akan dapat dijalankan.
Software Bahan Ajar
Teknologi selalu mencakup hardware
dan software. Hardware akan berguna apabila tersedia software di dalamnya,
demikian pula sebaliknya software baru akan dapat bermanfaat apabila ada
hardware yang menjalankannya.
Software dapat dikelompokkan menjadi
tiga jenis, yaitu software operating sistem (OS), software aplikasi, dan
software data atau konten. OS adalah software yang berfungsi sebagai sistem
operasi, seperti DOS, Windows, Linux, dan Unix. Aplikasi adalah software yang
digunakan untuk membangun atau menjalankan proses sesuai dengan
perintah-perintah pemrograman, misalnya office, LMS, CMS, dll. Sedangkan data
atau bahan ajar termasuk ke dalam kelompok software konten, misalnya bahan ajar
baik berupa teks, audio, gambar, video, animasi, dll.
Dalam pengertian yang paling
sederhana, suatu proses belajar akan terjadi apabila tersedia
sekurang-kurangnya dua unsur, yakni orang yang belajar dan sumber belajar.
Sumber belajar mencakup orang (nara sumber), alat (hardware), bahan (software),
lingkungan (latar, setting), dll. Bahan ajar adalah salah satu jenis dari
sumber belajar.
Bahan belajar merupakan elemen
penting dalam elearning. Tidak ada elearning tanpa ketersediaan bahan belajar.
Untuk itu, maka kemampuan seorang guru dalam mengembangkan bahan belajar berbasis
web menjadi sangat penting.
Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk
konten baik teks, audio, foto, video, animasi, dll yang dapat digunakan untuk
belajar. Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar dapat dikategorikan menjadi dua
jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang
tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Banyak bahan yang tidak
dirancang untuk belajar, namun dapat digunakan untuk belajar, misalnya kliping
koran, film, sinetron, iklan, berita, dll. Karena sifatnya yang tidak
dirancang, maka pemanfaatan bahan ajar seperti ini perlu diseleksi sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Bahan belajar yang dirancang adalah
bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau dari sisi
fungsinya, bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. Sedangkan
ditinjau dari media, bahan ajar dapat kelompokkan menjadi bahan ajar cetak
(a.l: modul, hand-out), audio, video, televisi, multimedia, dan web.
Sekurang-kurangnya ada empat ciri
bahan ajar yang sengaja dirancang, yakni adanya tujuan yang jelas, ada sajian
materi, ada petunjuk belajar, dan ada evaluasi keberhasilan belajar.
Bahan Ajar Berbasis ICT/Web
Sebagaimana sebutannya, bahan ajar
berbasis web adalah bahan ajar yang disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan
dengan media web. Bahan ajar sering juga disebut bahan ajar berbasis internet
atau bahan ajar on line. Terdapat tiga karakteristik utama yang merupakan potensi
besar bahan ajar berbasis web, yakni; menyajikan multimedia, menyimpan,
mengolah, dan menyajikan infromasi, hyperlink
Karena sifatnya yang on line, maka
bahan ajar berbasis web mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan
karakteristik web itu sendiri. Salah satu karakteristik yang paling menonjol
adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink memungkinkan sesuatu subjek
nge-link ke subjek lain tanpa ada batasan fisik dan geografis, selama subjek
yang bersangkutan tersedia pada web. Dengan adanya fasilitas hyperlink maka
sumber belajar menjadi sangat kaya. Search engine sangat membantu untuk mencari
subjek yang dapat dijadikan link.
Unsur-Unsur Bahan Ajar
Bahan ajar setidak tidaknya harus
memiliki enam unsur, yaitu mencakup tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika
sajian, petunjuk belajar, dan evaluasi. Sebuah bahan ajar harus mempunyai
tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD
(audience, behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara
spesifik, untuk siapa bahan belajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar
mengandung pernyataan subjek orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa
yang menjadi prasyarat yang harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan
ajar ini.
Langkah-Langkah Pengembangan
Secara makro, pengembangan bahan
ajar mencakup langkah-langkah analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Secara mikro, langkah-langkah pengembangan bahan
ajar berbasis web dimulai dari penentuan sasaran, pemilihan topik, pembuatan
peta materi, perumusan tujuan, penyusunan alat evaluasi, pengumpulan referensi,
penyusunan bahan, editing, upload, dan testing.
Penentuan sasaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah
bahan ajar adalah menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar tersebut. Di
dalam kelas konvensional, sasaran telah sangat terstruktur, misalnya mahasiswa
semester pertama. Pernyataan tersebut telah mengandung indikasi yang jelas
tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus mereka kuasai, serta di mana
kedudukan bahan belajar yang akan disajikan dalam keseluruhan kurikulum
sekolah. Demikian pula pada penyusunan bahan belajar berbasis web sasaran harus
dicantumkan secara spesifik.
Pemilihan topik
Setelah sasaran ditentukan, langkah
selanjutnya adalah memilih topik yang sesuai dengan kebutuhan sasaran tersebut.
Pemilihan topik dapat dilakukan dengan pertimbangan, antara lain; materi sulit,
penting diketahui, bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum
banyak diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dll.
Pembuatan peta materi
Peta materi sangat membantu dalam
merumuskan keluasan dan kedalaman materi yang akan dibahas. Membuat peta materi
dapat diibaratkan menggambar sebuah batang pohon yang bercabang dan beranting,
semakin banyak cabang maka semakin luas bahasan materi. Sedangkan apabila kita
menghendaki bahasan yang fokus dan spesifik, maka kembangkanlah bagian
ranting-ranting.
Perumusan tujuan
Gambar peta materi akan sangat
bermanfaat untuk menentukan tujuan. Setiap ranting dapat dirumuskan menjadi
sebuah indikator tujuan yang spesifik. Sedangkan cabang menjadi besaran tujuan
tersebut. Tujuan besar (cabang) dapat dicapai dengan memenuhi semua tujuan yang
spesifik (ranting).
Penyusunan alat evaluasi
Setelah merumuskan tujuan, langsung
diikuti dengan perumusan alat evaluasi. Alat evaluasi dimaksudkan untuk mejawab
dengan cara bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu tujuan itu telah tercapai.
Setiap indikator tujuan harus dapat diukur keberhasilannya. Sebuah rumusan
tujuan dapat diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat satu set alat
evaluasi mengukur serangkai tujuan (Cognitif, Psikomotor, dan Afektif).
Misalnya kita merumuskan tujuan ”mampu mengendari sepeda motor”, maka alat
evaluasi yang mungkin adalah lembar observasi tentang kemampuan mengendarai
sepeda motor.
Pengumpulan referensi
Tidak ada bahan ajar yang berdiri
sendiri tanpa sumber referensi. Referensi digunakan untuk memberi dukungan
teoretis, data, fakta, ataupun pendapat. Referensi juga dapat memperkaya
khasanah bahan belajar, sehingga pembaca yang menginginkan pendalaman materi
yang dibahas dapat mencari dari sumber yang disebutkan. Dalam web, pembaca
dapat dengan mudah diberikan link ke sumber referensi tersebut.
Penyusunan bahan
Setelah bahan-bahan pendukung siap,
maka penulisan dapat dimulai. Penulisan bahan hendaklah konsisten dengan peta
materi dan tujuan yang telah disusun. Secara umum struktur penulisan
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan
penutupan. Pada pendahuluan kita harus sudah menyampaikan secara ringkas apa
yang akan dibahas pada bahan belajar ini. Sedangkan bagian isi menguraikan
secara gamblang seluruh materi. Agar lebih jelas, uraian bisa dilengkapi dengan
contoh-contoh. Untuk mengecek pemahaman, pada bagian ini dapat pula diberikan
latihan-latihan. Pada bagaian penutup sampaikan kembali secara ringkas apa yang
telah dibahas. Proses selanjutnya adalah editing, testing, lalu penghidangan
(dalam Blog, Situs Lembaga).
PENUTUP
Internet dapat dimanfaatkan untuk
memperoleh, mengolah, dan menyajikan berbagai informasi sebagai bahan
belajar/ajar yang di perlukan. Sumber belajar pada dunia maya sangat kaya,
selama kita memahami bahasanya, sumber belajar dari berbagai belahan dunia
dapat kita peroleh. Dari mana bahan itu datang? Sesungguhnya, kita tidak akan
mendapatkan apa-apa kalau tidak ada orang yang menyediakan bahan belajar
tersebut di web.
REFERENSI
Depdiknas, Blue Print ICT untuk Pendidikan, Jakarta, 2004
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pembuatan
Multimedia Pembelajran Interaktif, Jakarta, 2007
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman
Penyusunan Bahan Ajar, Jakarta, 2006
Moore, Peter, Environment of e-learning, UNESCO, 2003
Siribodhi, Tinsiri, ICT Tools for Learning Materials
Development, UNESCO, Bangkok, 2000 (www.internetworldstats.com)
0 on: "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT"