A.
Latar Belakang.
Manusia
sebagai mahluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah
yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam,
serta berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin
tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat
mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan
yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam
yang ada, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari
hasil pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan
sehingga manusia sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat
menciptakan beberapa benda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Maka
dari itu di sini kami akan menjelaskan proses berkembangnya pola pikir manusia
yang terus berkembang dari zaman ke zaman, dari dahulu sampai sekarang..
B. Proses Perkembnagan
Pola Pikir
Sejak
lahirnya di muka bumi ini, manusia bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan
alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan rangsangan kepada manusia melalui
pancaindera. Jadi, pancaindera merupakan alat komunikasi antara alam dengan
manusia yang membuahkan pengalaman. Pengalaman itu saat demi saat
bertambah, karena manusia ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang
hakiki; apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di dunia ini,
maupun atas segala benda yang telah mengadakan kontak dengan dirinya.
Perkembangan
pola pikir manusia ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : 1) Rasa Ingin Tahu; Ilmu pengetahuan alam
bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia
mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan,
bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri
(antroposentris).
Manusia
sebagai mahluk, mempunyai ciri-ciri : a) Memiliki organ tubuh yang kompleks dan
sangat khusus terutama otaknya. b) Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya
zat yang masuk dan keluar. c) Memberikan tanggapan terhadap
rangsangan dari dalam dan dari luar. c) Memiliki potensi berkembang biak. d)Tumbuh dan bergerak. e) Berinteraksi dengan lingkungannya, Mati.
Sesuai
dengan ciri manusia pada poin (1), yakni manusia mempunyai otak, maka manusia
mulai tumbuh rasa ingin tahunya, rasa ingin tahu ini tidak dimiliki oleh mahluk
lain, seperti batu, tanah, sungai dan angin. Sedangkan air dan udara bergerak
dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya
sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.
Bagaimana
halnya dengan mahluk-mahluk seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Misalnya
daun-daun cenderung mencari sinar matahari atau akar yang cenderung mencari air
yang kaya mineral untuk pertumbuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini terus
berlangsung sepanjang zaman. Bagaimana halnya dengan binatang yang
menunjukkan adanya kehendak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain?
Misalnya burung. Burung bergerak dari satu tempat ke tempat lain didorong oleh
suatu keinginan, rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah sutau tempat cukup aman
untuk membuat sarang?. Setelah mengadakan eksplorasi, tentu mereka jadi tahu.
Itulah pengetahuan dari burung tadi. Burung juga memiliki pengetahuan untuk
membuat sarang di atas pohon.
Bagaimana
halnya dengan manusia?. Manusia juga memiliki insting seperti yang dimiliki
oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun manusia memiliki kelebihan yaitu adanya
kemampuan berfikir. Dengan kata lain, curiosity-nya tidak idle.
Tidak tetap sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang,
atau kemampuan berfikir. Setelah tahu tentang apanya, mereka ingin tahu bagaiman
dan mengapa begitu.
Manusia
mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan
pengetahuannya yang baru, sehingga menjadi suatu akumulasi pengetahuan. Rasa
ingin tahu manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Hal
ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari,
seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing untuk berburu, tetapi
juga berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan.
Rasa
ingin tahu semacam ini tidak dimiliki oleh hewan. Rasa ingin tahu pada hewan
hanya terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap. Yang tidak berubah dari zaman
ke zaman. Hewan bergerak dari satu tempat ke tempat lain hanya didorong oleh
rasa ingin tahunya yang bersangkutan erat dengan nalurinya saja.
Dengan
selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu tampak lebih nyata bahwa
manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan mahluk hidup yang berakal serta
mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau mahluk
lainnya.
Mitos Perkembangan
selanjutnya adalah manusia berusaha memenuhi kebeutuhan non fisik atau
kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat
terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk itulah,
manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh,
“mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka
sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung itu sedang marah”.
Di
sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si penunggu”. Dengan menggunakan
jalan pikiran yang sama, muncullah anggapan adanya “si penunggu”. Pengetahuan
baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut mitos. Cerita yang
berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain
oleh keterbatasan alat indera manusia.
Alat penglihatan. Banyak benda yang bergerak begitu cepat
sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan benda-benda.
Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tak mampu
melihatnya. Alat Pendengaran Pendengaran manusia terbatas pada
getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di
bawah tiga puluh atau di atas tiga puluh puluh ribu per detik tak terdengar.
Alat pencium dan Pengecap Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap
maupun diciumnya. Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, yaitu rasa
manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan untuk bau sendiri juga manusia tidak
dapat menciumnya dengan seluruhnya. Seperti bau parfum dan lainnya dapat
tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh
juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang
lain.
Alat Perasa, Alat perasa pada
kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Namun, ini sangat relatif
sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Alat-alat
indera tersebut berbeda-beda di antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Ada yang sangat tajam dan adapula yang tidak. Akibat keterbatasan alat indera
tersebut, maka besar kemungkinan timbul salah inform,asi, salah tafsir atau
salah pemikiran. Untuk meningkatkan alat indera tersebut perlu diperlukan
beberapa usaha. Di antaranya penciptaan alat bantu pancaindera, meskipun alat
yang diciptakan tersebut masih mengalami kesalahan. Jadi, mitos itu dapat
diterima oleh masyarakat pada masa itu karena: 1) Keterbatasan
pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun
dengan alat. 2) Keterbatasan penalaran manusia pada
masa itu. 3) Hasrat ingin tahunya terpenuhi. Menurut
Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap: a. Tahap teologi atau fiktif b. Tahap filsafat atau
metafisik atau abstrak c. Tahap positif atau ilmiah riil
Pada
tahap teologi atau fiktif, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab
yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu
dihubungkan dengan kekuaatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu
diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa
setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan
gaib lainnya.
Tahap
metafisika atau abstrak merupakan tahap di mana manusia masih tetap mencari sebab
utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri kepada
kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri, akal
yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu. Tahap
positif atau riil merupakan tahap di mana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang
dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan. Selanjutnya berdasarkan kemampuan berfikir manusia yang semakin maju dan
perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda semakin
ditinggalkan orang, dan cenderung menggunakan akal
sehat atau rasio.
C. Tahapan Pemikiran
Manusia.
Bagaimana
sesungguhnya proses berfikir pada manusia? Jika kita telah lebih
lanjut akan kita dapati bahwa untuk dapat berfikir membutuhkan beberapa komponen, diantaranya : 1) Fakta, manusia membutuhkan
fakta yang akan dijadikan objek berfikirnya. 2.Indera,
untuk dapat menyerap fakta-fakta yang akan dipikirkan. Seperti mata untuk dapat
melihat, meraba, pendengaran, dan indera yang lainnya. 3. Otak,
merupakan organ yang berfungsi untuk menterjemahkan setiap fakta yang diserap. 4.Informasi Sebelumnya,
tanpa informasi manusia tidak dapat untuk memahami fakta yang sedang dihadapinya. Adapun
perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai ilmu yang mantap melalui 4
tahap, yaitu : a. Tahap mitos. b. Tahap penalaran. c.
Tahap pengalaman dari percobaan. d. Tahap metode keilmuan.
Kesimpulan
Adapun
faktor yang mempengaruhi perkembangan pola piker manusia diantaranya karena
rasa ingin tahu dan juga adanya mitos Yang membedakan antara manusia dengan
hewan yakni pola berpikirnya. Setelah manusia tahu apa, maka manusia akan mencari tahu
tentang mengapa, bagaimana dan seterusnya hingga mereka merasa puas. Tetapi
untuk hewan tidak punya pola pikir yang seperti itu. Mitos timbul
disebabkan karena keterbatasan alat indera, diantaranya : Indera penglihatan; Indera pendengaran ; Indera pencium dan pengecap Indera perasa Mitos itu dapat
diterima oleh masyarakat pada masa itu karrena: Keterbatasan
pengetahuan yang disebabkan keterbatasan
pengindraan baik langsung maupun dengan alat. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu. Hasrat ingin tahunya terpenuhi. Beberapa
komponen yang diperlukan untuk mengembangkan pola pikir manusia, yakni : Fakta.Indera Otak Informasisebelumnya.
1 on: "PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA"