Perencanaan Pembelajaran

Dalam tulisan ini diuraikan suatu proses sistematik yang harus dilalui dalam mengembangkan sistem instruksional yang efektif dan efisien. Proses tersebut biasa dialakukan oleh guru atau tenaga pengajar sebagai pendesain instruksional dilembaga pendidikan.

Pendekatan Sistem

Istilah 'sistem' adalah suatu konsep yang abstrak. Definisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Rumusan ini sangat sulit dipahami. Sedangkan dalam artian yang luas, suatu sistem ada dikarenakan seseorang telah mendefinisikannya demikian. Kesimpulan umum ini dapat dinyatakan sebagai berikut. Misalkan semua sepeda, sepeda adalah suatu sistem, yang meliputi komponen-komponen seperti: roda, pedal, kemudinya dan sebagainya. Tetapi dalam artian yang luas, sepeda sebenarnya adalah suatu sub sistem/komponen dalam sistem transport. disamping alat-alat transport lainnya, seperti: truk, motor, angkutan kota dan sebagainya. Jadi suatu sistem dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih komplek. Ini berarti, adanya suatu sistem karena kita mempertimbangkannya sebagai 'sistem'.

Kita sendiri yang menentukan batas- batas antara sistem, dan komponen-komponen suatu sistem. Dengan kata lain, perpaduan sub-sub sistem ditentukan oleh yang menyatakan; bahwa sesuatu adalah suatu sistem. Itu sebabnya, suatu sistem pada hakekatnya adalah 'system of interest' Berdasarkan rumusan ini, kita dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan pokok antara sistem dan lingkungan, yakni antara input dari lingkungan dengan sistem dan antara output dari sistem dengan lingkungan.

Konsep ini menjadi dasar untuk mengidentifikasi tujuan suatu sistem. Tujuan suatu sistem dapat bersifat alami dan bersifat buatan manusiawi. Tujuan yang alami tak mungkin menjadi tujuan-tujuan yang tinggi tingkatannya, bahkan mungkin benilai sangat rendah. Sedan-kan tujuan-tujuan sistem buatan manusia (man-made) senantiasa dapat berubah, oleh sebab tujuan-tujuan itu dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Sedangkan lingkungan senantiasa berubah, yang disebabkan adanya perubahan lingkungan atau karena tujuan itu bersifat perseorangan (personal). Misalkan; timbulnya petubahan sistem ekologi dikarenakan terjadinya polusi. Timbulnya sistem sosial yang baru adalah sebagai reaksi terhadap perubahan peradaban/kebudayaan. Jelas bahwa perubahan tujuan sistem adalah sebagai jawaban terhadap perubahan-perubahan dalam lingkungan.

Konsep Kotak Hitam Kita dapat mengidentifikasi pertimbangan bagi eksistensi sistem (atau kebutuhan bagi suatu sistem baru) denga mempelajari hubungan antara lingkungan, input dan output. Konsep itu disebut konsep 'kotak hitam'. Konsep ini mendefinisikan, bahwa, yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kotak hitam yang kecil (a little black box).
Langkah pertama dalam sistem analisis ialah merumuskan the system of interest, batas-batasnya dan input dan output yang utama yang melintasi batas-batas tadi. Berdasarkan input dan output kita merumuskan tujuan (maksud) dan efisiensi daripada sistem. Dengan membandingkan antara input dan output secara deduktif, maka dapat ditentukan tujuan dari kotak hitam itu.

Tujuannya adalah jelas, yakni terjadinya transformasi dalam bobot. Bagaimana proses terjadinya transformasi itu tidaklah begitu penting oleh sebab di dalam proses itu sangat rumit, banyak sub sistem yang masing-masing punya tujuannva sendiri- sendiri dan menunjang, tujuan secara menyeluruh. Kejadian ini dapat diumpamakan sebagai seorang pasien yang sedang mendapat pengobatan dari seorang dokter. Sang pasien sebenarnya tak perlu tahu apa yang terjadi dalam dirinya. kendatipun sebenarnya dia memiliki potensi untuk menerima, atau menolaknya, sejauh tidak terjadi dampak sampingan pada dirinya. Dia punya kebebasan untuk memilih. Untuk mengetahui kemampuan suatu sistem, kita tak perlu mengetahui secara terperinci proses yang telah terjadi. Kita dapat mengetahuinya melalui kontrol terhadap output. dan melalui sistem umpan balik (feed back). Misalkan seorang menteri Pendidikan & Kebudayaan yang ingin mengetahui apakah sistem pendidikan yang dilaksanakan dapat diandalkan dalam rangka mempersiapkan generasi muda menjadi calon warga negara yang baik, produktif dan sebagainya. Untuk ini dia tak perlu mengetahui secara terperinci apa-apa yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, misalnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pak menteri itu dapat meuhat keampuhan sistem pendidikan berdasarkan produk/output yang telah dicapai. Demikian pula. andaikata seorang guru ingin mengetahui keterandalan sistem instruksional yang telah dilaksanakan, dia tak perlu mengetahui secara terperinci proses belajar internal yang terjadi dalam diri siswa. dia cukup melihatnya berdasarkan pengukuran terhadap tingkah laku siswa dan memanipulasi input yan¬g disampaikannya.

Model Pendekatan Sistem

Pada mulanya pendekatan sistem dipergunakan dalam bidang engineering, yang pertama-tama dilaksanakan untuk mendisain sistem-sistem elektronik, mekanik, dan militer. Dalam hal ini, pendekatan sistem dilibatkan dalam sistem-sistem manusia-mesin dan selanjutnya dilaksanakan pula dalam bidang keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal 1960-an mulai dipergunakan dalam bidang latihan dan pendidikan. Pada dekade terakhir ini, mulai digunakan sebagai metodologi sistematik berdasarkan metoda ilmiah (sientific) yang diterapkan dengan gaya yang baru.

Pendekatan sistem disajikan dalam bentuk bagan arus (flow charts). Pada bagan itu digambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam sistem: identifikasi kebutuhan latihan dan pendidikan (merumuskan masalah), analisis kebutuhan dengan maksud mentransformasikannya menjadi tujuan-tujuan (analisis masalah), disain metoda dan materi instruksional (pengem¬bangan suatu pemecahan), pelaksanaan secara eksperimental, dan akhirnya menilai dan merevisi. Penyajian dalam bentuk bagan arus sebenarnya merupakan cara penjelasan pendekatan sistem yang kurang efektif karena:

1). Memberikan kesan seolah-olah (kurang lebih), proses linear, selangkah demi selangkah dimana langkah satu harus diselesaikan dulu sebelum melaksanakan langkah berikutnya. Pemecahan masalah melibatkan lompatan-lompatan ke depan yang berdasarkan pada pemahaman seketika. dan umpan balik untuk melengkapi atau merubah langkah-langkah. Karena bagan arus dilengkapi dengan panah- panah dari kotak satu ke kotak lainnya, atau ke depan dan ke belakang, maka dapat menyebabkan bagan itu menjadi sulit dibaca. 2). Memberikan kesan bahwa kebanyakan analisis terjadi pada langkah awal, sintesis pada langkah pertengahan, dan evaluasi pada langkah akhir. Kenyataannya tidak demikian. Sistem berpikir (aplikasi dari pendekatan sistem) melibatkan ketiga kegiatan intelektual itu pada setiap langkah sepanjang proses berlangsung 3). Memberikan kesan bahwa prosedur berjalan secara mekanistik, mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan pada setiap langkah sebagaimana pada prosedur komputer. Padanal memang ada aturan pada setiap langkah (stages) itu tetapi tidak mengatur semua kejadian yang ada. Prosedur selangkah demi selangkah itu memang ada, tetapi merupakan petunjuk berpikir bukan merupakan proses berpikir.

Sistem Pengajaran Pendidikan. Latihan. Pengajaran. Teknologi Pendidikan. istilah-istilah tersebut masing-masing memiliki pengertiannya sendiri-sendiri, berbeda tetapi berhubungan erat. Dalam kamus asing, kita mengenal istilah-istilah: education, training , dan instruction. Salah satu pendapat menyatakan bahwa: 'Training is akin to following a tightly fenced path, in order to reach a predeterminet goal at the end of it. 'Education' is to wonder 'freely in the fields to left and right of this path preferably with a map.

Pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian. jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan (training) lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (skill). Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan penggunaan latihan umumnya dilaksanakan dalam lingkungan industri. Kedua istilah itu jelas berbeda. Namun demikian, pendidikan kepribadian saja tentu kurang lengkap. Para siswa perlu pula memiliki keterampilan. Dengan keterampilan itu dia dapat bekerja, berproduksi dan menghasilkan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan orang banyak. Jadi perbedaan antara kedua istilah itu, hendaknya tidak dipertentangkan sedemikian rupa, tetapi perlu dipadukan dalam suatu sistem proses, yang kita sebut dengan pengajaran (instruction). Yang dimaksud dengan 'instruction' dalam hal ini adalah: “a goal-directed teaching process which is more or less pre-planned”. Dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran harus direncanakan. Ketercapaian tujuan dapat dicek atau dikontrol sejauh mana tujuan itu telah tercapai. Itu sebabnya. suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap. yakni tahap analisis (menentukan dan merumuskan tujuan), tahap sintesis (perencanaan proses yang akan ditempuh), dan tahap evaluasi (mentes tahap pertama dan kedua). Teknologi pendidikan terdiri dua istilah yang mengandung pengertian tersendiri. Teknologi adalah aplikasi kreatif dari pada ilmu pengetahuan (science) untuk maksud-maksud industri atau sesuatu yang praktis. Ilmu Pengetahuan (science) adalah suatu body of knowledge yang telah diuji, yang dapat diekspresikan dalam bentuk perangkat prinsip-prinsip umum. Teknologi pendidikan. telah digunakan dalam banyak konteks. Dapat berarti meliputi semua kegiatan inovasi pendidikan, tetapi dapat juga tidak atau bukan sesuatu yang baru. Karena itu istilah teknologi pendidikan mengandung kontroversi. Timbulnya kontroversi ini bersumber dari perbedaan konsep tentang teknologi yang diterapkan dalam berbagai kalangan masyarakat yang berbeda-beda, dan adanya perbedaan konsep tentang kependidikan dalam masyarakat yang berbeda-beda itu. Perbedaan pandangan dalam tujuan pendidikan dan daerah-¬daerah kegiatan manusia baik dalam artian filosofis maupun dalam artian praktis, telah menyebabkan konflik dalam teknologi pendidikan.

Konsen teknologi dapat dipandang sebagai proses atau sebagai produk. Konsep dalam artian proses memandang teknologi sebagai suatu yang diperbuat, yakni sesuatu yang diperbuat oleh manusia dengan mengunakan apa-apa yang mereka ketahui dan mereka mengerjakannya secara kreatif, sedangkan teknologi sebagai produk adalah sesuatu yang ada, yang dapat dilihat, diraba, dapat diukur. Dalam artian ini kita mengenal teknologi tinggi dan teknologi rendah. Pengklasifikasian ini dari segi pemecahan-¬pemecahan masalah, apakah dengan mekanisasi dan otomisasi atau sedikit mekanisasi dan mendayagunakan tenaga kerja secara intensif. Pada negarar-negara yang sedang berkembang sering digunakan istilah teknologi tepat guna (appropriate terhnology). Pandangan ini berdasarkan pada ketergunaan dan keterlaksanaannya dalam rangka pemecahan masalah-masalah yang dihadapi. Jadi berdasarkan pada situasi senyatanya dan penyelesaian secara kreatif. Dalam hubungan ini, mungkin saja sesuatu teknologi tinggi tak terpakai dan tidak tepat guna bagi pemecahan suatu masalah dalam masyarakat tertentu karena dapat menyebabkan bertambah banyaknya penganguran. Atau meningkatnya impor hal mana mungkin bertentangan dengan politik yang sedang dianuti.
Teknologi sebagai produk juga harus didisain secara tepat agar teknologi itu mampu bekerja sebagaimana mestinya. Jangan sampai sesuatu produk teknologi justru menimbulkan masalah baru dan bukan menyelesaikan masalah yang ada, misalnya merusak sistem nilai masyarakat atau menimbulkan dehumanisasi, jadi sebenarnya, setiap teknologi perlu ditilik, baik dari segi proses (penggunaannya) maupun sebadai produk.

Pendekatan Sistem Pengajaran

Disain sistem belajar berasal dari prosedur pendidikan dan latihan yang dikembangkan dalam bidang industri dan militer, khususnya pada tahun-tahun terakhir ini. Pendekatan sistem mengandung dua aspek, yakni: aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis adalah pandangan.hidup yang mendasari sikap si perancang sistem yang terarah pada kenyataan. Aspek proses adalah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.

Gagasan inti sistem filosofis, bahwa suatu sistem merupakan kumpulan dari sejumlah komponen, yang saling berinteraksi dan saling bergantungan satu sama lain. Untuk mengenal suatu sistem kita harus mengenal semua komponen yang beroperasi didalamnya. Perubahan suatu sistem harus pula dilihat dari perubahan komponen-komponen tersebut. Kita tak mungkin merubah suatu sistem tanpa perubahan, sistem secara menyeluruh. Sistem filosofis cenderung untuk mengkondisi pendekatan tertentu terhadap masalah dengan cara membentuk sikap dan persepsi. Sikap terhadap sistem adalah sensitivitas terhadap hakekat sistemik dari pada kenyataan, sikap sensitif terhadap variabel-variabel dalam sistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Itu sebabnya, para perancang sistem harus bersikap pragmatis, yakni senantiasa tanggap terhadap kenyataan sesungguhnya..

Pendekatan sistem sebagai suatu perangkat alat atau teknik. Alat-alat itu berbentuk kemampuan (abilitas) dalam: (1). merumuskan tujuan-tujuan secara operasional, (2). mengembangkan diskripsi tugas-tugas secara lengkap dan akurat, dan (3). melaksanakan analisis tugas-tugas. Analisis tugas memang lebih penting, oleh sebab berkenaan dengan aplikasi (keterlaksanaan) prinsip-prinsip belajar (human leaming principles) secara ilmiah dan dapat diandalkan dalam rangkaian pengajaran tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip dan keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi sebagai hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang telah dirumuskan sebagai tujuan-tujuan belajar dan mengajar. Alat-alat dan pendekatan, rancangan sistem pengajaran menuntut para guru agar pengajaran (instruction) menyediakan kondisi-kondisi belajar bagi siswa. Jadi, prinsip-prinsip belajar merupakan petunjuk bagi guru dalam menata kondisi-kondisi belajar yang efektif.

Ada dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yakni (1). Pendekatan sistem merupakan suatu pendapat tertentu yang mengarah ke proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah suatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa berinteraksi satu sama lain, untuk memberikan kemudahan bagi siswa belajar, (2) Pengunaan metodologi khusus untuk mendisain sistem pengajaran. Metodologi ini terdiri dari prosedur sistematik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses belajar dan mengajar. Kegiatan ini diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus dan didasarkan pada penelitian dalam belajar dan komunikasi. Penerapan metodologi ini akan menghasilkan suatu sistem belajar yang, memanfaatkan sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi secara efisien agar siswa belajar secara efektif. Dengan demikian, pendekatan sistem merupakan suatu panduan dalam rangka perencanaan dan penyelenggaraan pengajaran.

Kedua ciri tersebut pada hakekatnya sejalan dengan pendekatan ilmiah (seientific approach). Pendapat ilmiah ditandai oleh keyakinan tentang hubungan sebab akibat antara peristiwa- peristiwa, konsep tentang zat yang tak dapat rusak, dan keteraturan alam semesta pisik. Metode ilmiah ditandai oleh teknik-teknik untuk mengamati dan mencatat peristiwa-peristiwa alami, prosedur eksperimental yang memberikan perlakuan dan pengontrolan variabel-variabel, dan metode-metode analisis dan penafsiran data.

Konsep Sistem Pengajaran

Sistem pengajaran adalah suatu kombinasi yang terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sesuai dengan rumusan ini, orang-orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah para siswa, para pengajar (guru), dan tenaga lainnya misalnya tenaga yang membantu dalam laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, bahkan juga komputer Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, penyediaan untuk praktek, belajar, pengetesan dan penentuan tingkat, dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang dan tingkat keunikan. Sistem pengajaran dapat dilaksanakan dalam bentuk membaca buku, sistem belajar di kelas atau di sekolah, di perguruan tinggi, atau di sebuah kota, karena senantiasa ditandai oleh organisasi dan interaksi antara komponen-komponen satu sama lain untuk mendidik siswa.

Ciri-Ciri Sistem Pengajaran

Berdasarkan rumusan di atas, ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pengajaran, yakni: (1) Rencana, penataan intensional orang-orang, material dan prose-dur-prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pengajaran, sesuai dengan suatu rencana khusus, jadi tidak mengambang. (2) Kesalingtergantungan (interdependen) unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian yang koheren dalam keseluruhan, masing- masing bagian bersifat esensial, satu sama lain saling memberikan sumbangan tertentu.

(3) Tujuan, setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. "The goal is the purpose for which the system is designed". Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem-sistem alami (natural). Sistem-sistem yang dibuat oleh manusia, seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem-sistem natural, seperti: sistem ekologi, sistem persyaratan pada hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantunuan satu sama lain disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan atau maksud.

Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pengajaran adalah siswa yang belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi orang-orang, material, dan prosedur-prosedur agar siswa belajar secara efisien. Karena itu, melalui proses mendisain sistem, si perancang membuat rancangan keputusan atas dasar pemberian kemudahan untuk mencapai tujuan sistem.

Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pengajaran adalah seorang siswa, suatu tujuan, dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam konteks ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem, oleh sebab fungsinya mungkin dalam kondisi tertentu dapat digantikan atau dialihkan kepada media lain sebagai pengganti seperti: buku, film, slide, teks yang tetah diprogram dan sebagainya. Sebaliknya, administrator mungkin menjadi salah satu unsur sistem, karena ada kaitannya dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan sistem.
Fungsi guru dalam suatu sistem pengajaran ialah, sebagai perancang (designer system), dan sebagai guru yang mengajar (unsur suatu sistem). Pelaksanaan fungsi pertama, guru bertugas menyusun suatu sistem pengajaran, sedangkan pelaksanaannya mungkin digantikan atau dilaksanakan oleh tenaga lain atau dengan media lainnya. Pelaksanaan fungsi kedua adalah, guru berfungsi mendisain sistem pengajaran sedangkan dia sendiri langsung bertindak sebagai pelaksana. Fungsi kedua ini memang wajar, oleh sebab guru telah menguasai bidang pengajaran, telah berpengalaman dalam hubungannya dengan para siswanya, dan menguasai prinsip-prinsip dan teknik pengajaran. Dalam hal ini, berarti guru mendisain dirinya sendiri dalam kerangka sistem belajar yang dikembangkannya.


Identifikasi Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa

Terdapat dua macam informasi yang diperlukan agar bisa menyusun program pengajaran dengan baik. Pertama: "obyective" atau tujuan instruksional khusus. Kedua : kemampuan awal dan karakteristik siswa. "Obyektive" atau tujuan instruksional khusus adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa manakala ia telah mengikuti suatu program pengajaran. Sedang yang dimaksud dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalam¬nya lain-lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti suatu program pengajaran.

Problem sering terjadi bahwa para penyusun disain instruksional maupun para guru atau pendidik keliru di dalam memperkirakan kemampuan dan keadaan siswa. Kadang-kadang perkiraan itu terlalu rendah (under estimate), namun kadang-kadang perkiraan itu terlalu (over estimate). Contoh-contoh dalam hal ini misalnya: Pernakah anda mempunyai suatu buku yang wajib anda baca namun ternyata buku tersebut sangat sukar bagi anda, sehingga susah untuk menyelesaikannya ? Atau, pernahkah anda mengikuti suatu pelajaran yang semulanya anda telah tahu sehingga anda rasakan terlalu mudah?

Manakala terjadi problem pertama di mana guru memperkirakan kemampuan siswa terlalu rendah, maka akan terjadi bahwa ia meng¬ajarkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Dengan kejadian ini berar¬ti terjadi penghamburan waktu yang sangat berguna atau bahkan mem¬buat siswa pada bosan. Sedangkan manakala terjadi bahwa guru memperkirakan terlalu tinggi akan kemampuan siswa yang akan diajarnya, maka siswa tersebut akan tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang diperlukan dan siswa akan mengalami kesulitan di dalam mengikuti pelajaran tersebut. Dalam hal ini guru perlu memberikan pengajaran pendahuluan untuk menyiapkan siswa agar dapat dengan mudah mengikuti pelajaran yang dimaksud. Untuk mengatasi problem-problem tersebut, guru perlu memiliki ketrampilan di dalam menganalisis kemampuan dan karakteristik siswa. Bagaimana caranya ?

Adalah menjadi kelaziman bahwa para guru atau pendidik telah mencatat atau memperhatikan akan adanya perbedaan-perbedaan in¬dividual di antara para siswanya. Mereka mengetahui bahwa para siswa datang ke sekolah dengan mem¬bawa berbagai bekal kemampuan. Mereka mengetahui pula bahwa para siswa datang dari berbagai latar belakang keadaan keluarga yang berbeda-beda. Di dalam menyusun rencana pengajaran, adalah sukar untuk dapat sepe¬nuhnya melayani masing-masing individual yang satu sama lain berbeda tersebut. Oleh karena itu, cara yang terbaik ialah menyusun rencana pengajaran sebaik-baiknya yang dapat memenuhi keadaan siswa yang sebanyak-banyaknya.

Dewasa ini, kemajuan dalam bidang media dan teknologi pendi¬dikan telah memungkinkan dapat dilayaninya perbedaan-perbedaan in¬dividual siswa di dalam proses belajar mengajar. Kemajuan tersebut telah memungkinkan dapat disampaikannya informasi dengan menggunakan berbagai media. Seperti diketahui, gaya belajar siswa yang satu, berbeda dengan siswa yang lain. Beberapa siswa lebih mudah kalau mengikuti pelajaran yang sistematis, langkah demi langkah dituntun oleh guru, sedang kelompok lain lebih berhasil kalau belajar sesuai dengan kecepatan dan kesempatan masing¬-masing. Sekarang, berbagai sumber telah tersedia untuk membantu penyusunan¬ rencana pengajaran. Para ahli media dan teknologi pendidikan memegang peranan penting untuk keperluan ini. Sebagai anggota team penyusun disain instruksional, mereka sangat memerlukan pengetahuan tentang keadaan siswa. Dengan demikian, berbagai ber¬sumber dan media dapat dicari dan disusun atau dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan individual siswa. Oleh karena itulah pengetahuan, kemampuan ataupun ketrampilan dalam "menganalisis kemampuan awal dan karakteristik siswa" sangat penting baik bagi para penyusun disain instruksional, para guru maupun para ahli media dan teknologi pendidikan.
Di dalam menganalisis karakteristik siswa, ada tiga hal yang perlu diperhatikan: Pertama, karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampu¬an awal atau "prerequisite skills" seperti: kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan, dan kemampuan gerak atau “psychomotor skills", misalnya ketrampilan menggerakkan tangan, dan badan. Kedua, karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial kebudayaan (sociocultural). Ketiga, karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan seperti: sikap, perasaan, minat,dan sebagainya. Apakah kegunaan mengetahui semua aspek keadaan individu siswa tersebut di atas? Kegunaannya tiada lain ialah untuk dapat memilih pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang paling menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa.
Para guru, para ahli media dan teknologi pendidikan, hendaknya dapat menganalisis keadaan siswa dengan mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu disampaikan, bagaimana mendapatkan jawab atas pertanyaanyaan tersebut dan kemudian dapat menafsirkannya dalam arti menjelmakannya dalam strategi instruksional yang sesuai dengan kea¬daan siswa. Dengan demikian prinsip penyusunan disain instruksional sebaik-baiknya untuk setiap individu akan melengkapi prinsip penyusunan disain instruksional yang paling baik untuk siswa yang paling banyak.

Metode (teknik) Analisis Karakteristik Siswa

Bagaimanakah metode atau teknik analisis karakteristik siswa? Pada dasarnya analisis karakteristik siswa dilaksanakan dengan cara mengetahui kemampuan awal dan lain-lain informasi yang dapat kita peroleh dari siswa tersebut. Dalam hal ini bisa dikemukakan adanya empat metode atau teknik yaitu: Pertama, dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang tersedia. Kedua, dengan menggunakan tes prasarat dan tes awal (pre requisite test dan pre tes). Ketiga, dengan mengadakan konsultasi individual. Keempat, dengan menyampaikan angket atau questionnaire (Kozma, 1978, h. 226).

Bagaimanakah uraian secara lebih terperinci untuk masing-masing teknik tersebut ? Berikut adalah uraian secara lebih terperinci untuk masing-masing metode atau teknik tersebut: 1). Tentang penggunaan catatan atau dokumen yang tersedia. Dokumen yang dimaksud misalnya nilai Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), nilai rapor, nilai tes intelegensi, nilai tes masuk. Catatan-catatan mengenai prestasi dalam berbagai bidang kegiatan yang pernah diperoleh, kesemuanya merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan siswa. 2). Tentang tes prasyarat dan tes awal (pre-requisite tes dan pre-tes). Adalah baik sekali bila guru membuat tes prasyarat atau tes awal. Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti suatu pelajaran. Sedang tes awal (pre tes) adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan atau ketrampilan mengenai pelajaran yang hendak diikuti.
Adalah baik sekali bagi guru untuk mengadakan pre tes sebelum memulai suatu unit pelajaran. Hasil pre tes sangat berguna di samping untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang telah dimiliki juga berguna sebagai perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah mengikuti pelajaran. 3). Tentang konsultasi individual.

Dengan mengadakan konsultasi individual terhadap siswa, maka guru akan lebih dapat mengadakan pendekatan secara personal untu¬k memperoleh informasi mengenai minat, sikap, keinginan siswa dan sebagainya. 4). Tentang penggunaan angket.

Angket bisa disusun kemudian disampaikan kepada siswa misalnya untuk mengetahui gaya belajar mereka. Gayaya belajar ada bermacam-macam misalnya: dependent, indepen¬dent, competitive, participant,dan sebagainya. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru akan dapat menyusun rencana pengajaran sesuai dengan keadaan kelompok siswa tersebut. Misalnya bila kebanyakan gaya belajar siswa dalam suatu kelas ialah independent (mandiri), adalah tepat sekali kalau guru menyusun strategi instruksional yang memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kesempatan masing-masing.

0 on: "Perencanaan Pembelajaran"