PEMILIHAN STRATEGI INSTRUKSIONAL

Pemilihan Strategi Instruksional Secara umum, strategi instruksional dapat diartikan "setiap kegiatan yang dipilih, yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan instruksional tertentu" (Kozma, 978, hal. 97). Dalam hal ini Dick dan Carey dalam memberikan definisi mengenai trategi instruksional tidak hanya terbatas pada "kegiatan", melainkan juga termasuk di dalamnya "materi atau paket pengajaran". Suatu strategi instruksional terdiri atas semua komponen materi (paket) pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan instruksional tertentu" (1978, h. 106). Komponen Strategi Instruksional Selanjutnya Dick menyebutkan adanya lima komponen strategi instruk¬sional yakni: (1) Kegiatan instruksional pendahuluan, (2) Penyampaian informasi, (3) Partisipasi siswa, (4) Tes, dan (5) Kegiatan lanjutan. Ad. 1 Kegiatan instruksional pendahuluan. Kegiatan pendahuluan di sini dimaksudkan untuk menarik minat atau meningkatkan motivasi siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Untuk siswa yang sudah dewasa, soal motivasi ini tidak sepenting siswa yang kurang dewasa. Karena, siswa dewasa dianggap sudah menya dari sendiri akan kewajibannya untuk belajar. Namun untuk siswa yang kurang dewasa, beberapa teknik perlu digunakan untuk mendorong motivasi mereka. Beberapa teknik yang dapat digunakan antara lain. a.Tunjukkan kepada mereka pengetahuan dan ketrampilan apa yang akan mereka peroleh sehabis mempelajari suatu pelajaran. Tunjukkan guna atau manfaatnya. Istilah teknisnya tunjukkan TIK-nya. Di dalam memberitahukan TIK kepada siswa dapat digunakan dua cara, pertama dengan menggunakan rumusan yang persis seperti tertulis di dalam disain instruksional, kedua dengan cara menyam¬paikannya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. b.Ada pendapat yang berkeberatan terhadap diberitahukannya TIK kepada siswa dengan alasan siswa akan menebak-nebak soal-soal yang akan dipelajari, atau dengan alasan hal itu tak ada gunanya. Namun pendapat ini kiranya kurang beralasan. Semakin jelas tujuan diketahui oleh siswa, kiranya semakin terarah siswa dalam mengikuti suatu pelajaran. c.Tunjukkan eratnya hubungan antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan materi yang akan mereka pelajari. Dengan demikian mereka akan terhindar dari rasa takut menemui kesulitan, sebab mereka telah mempunyai bekal yang cukup. Ad. 2 Penyampaian informasi. Kegiatan di sini lazimnya dipandang sebagai satu-satunya kegiatan mengajar. Pada hal sebenarnya hanya merupakan salah satu komponen keselu¬ruhan kegiatan mengajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam penyampaian informasi ini an¬tara lain: a.Urutan (sequence) penyampaian. Dari yang mudah ke yang sukar atau sebaliknya ? Materi harus disampaikan secara urut atau boleh melompat-lompat atau dibolak-balik ? b.Besar kecilnya materi yang disampaikan. Lebih baik disampaikan dalam bentuk bagian yang kecil-kecil seperti di dalam pengajaran berprograma (programmed-instruction) atau disampaikan dalam bentuk global seperti dalam bentuk suatu bab dari suatu buku ? Atau materi disampaikan berdasar atas TIK demi TIK seperti dalam pengajaran dengan menggunakan modul? Dalam menentukan porsi atau besar kecilnya materi yang akan disampaikan, hal-hal yang perlu diperhatikan ialah tingkat usia siswa dan jenis materi yang dipelajari. c.Jenis materi pelajaran yang akan disampaikan. Apakah materi yang akan disampaikan termasuk di dalam kategori fakta, konsep, prinsip atau prosedur? Masing-masing jenis materi tersebut memerlukan strategi penyam¬paian yang berbeda-beda. Ad. 3 Partisipasi siswa. Menurut Dick (1978, h.108), "proses belajar akan lebih berhasil bila siswa diberikan latihan-latihan (practices & exercises) yang secara lang¬sung relevan dengan TIK". Menurut pendapat tersebut, setelah siswa diberi informasi mengenai pengetahuan dan ketrampilan yang harus mereka miliki, mereka hen¬daknya diberi kesempatan untuk berlatih atau mempraktekkan pengetahuan atau ketrampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh mereka setelah selesai belajar. Tidak hanya diberi kesempatan untuk berIatih, mereka pun hendaknya diberitahu tentang hasil mereka berlatih. Mereka perlu diberi "feedback" (umpan balik). Mereka perlu diberitahu apakah jawaban mereka benar atau salah, apakah yang telah dikerjakan tepat atau tidak sesegera mungkin. Umpan balik ini dapat berupa penguat (reinforcer). Siswa yang mengetahui jawabannya benar akan lebih semangat dan ma¬ju, sebaliknya bila mengetahui jawabannya salah, ia tidak akan melakukan lagi kesalahan serupa. Ad. 4 Tes Setelah siswa diberitahu tujuannya mempelajari sesuatu, diberi informasi tentang materi yang dipelajari, diberi latihan-latihan untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan seperti yang dimaksud oleh TIK, maka perlu dievaluasi apakah TIK telah tercapai atau belum, apakah pengetahuan atau ketrampilan telah benar-benar mereka miliki atau belum. Untuk keperluan ini mereka perlu dites. Standar perlu diten-tukan seberapa jauh siswa telah dianggap menguasai materi yang di-ajarkan. Di dalam pengajaran dengan menggunakan modul standar penguasaan ini berkisar antara 80 - 85%. Misalnya soal tes terdiri atas 100 nomor; siswa dianggap menguasai materi bila dapat mengerjakan 80 - 85% benar. Ad. 5 Kegiatan lanjutan, setelah dites, tentu ada siswa yang berhasil dengan bagus, ada pula yang gagal. Perlakuan apakah yang akan diberikan kepada mereka seba¬gai tindak lanjut (follow up)? Perlakuan (treatment) di sini dapat berupa pemberian program per¬baikan (remidiation) bagi yang gagal dan pengayaan (enrichment) bagi yang berhasil.Dasar-dasar Pemilihan Strategi Instruksional, Ada banyak pendapat mengenai dasar-dasar yang dipergunakan untuk memilih atau menentukan strategi instruksional. Beberapa di antaranya akan dikemukakan di dalam uraian berikut: 1.Faktor Belajar, Lingkungan & Besar Kecilnya Kelompok Belqjar.Essef (1978, h. 1) menyebutkan bahwa ada tiga hal besar yang perlu diperhatikan di dalam pemilihan atau penentuan strategi instruksional dan media. Ketiga hal tersebut ialah: (a) Faktor-faktor belajar (learning factors), (b) Lingkungan belajar learning invironment), (c)Besar kecilnya kelompok belajar (group seheduled or individualpaced ?). Ad. a Faktor-faktor belajar Faktor-faktor belajar yang perlu diperhatikan di dalam memilih strategi instruksional di sini meliputi: (1) Stimulans (Rangsangan) atau metode penyampaian materi pelajaran, (2) Response (jawaban) atau reaksi yang dilakukan oleh siswa terhadap stimulus tersebut, (3) Feedback (umpan balik) yang diberikan kepada siswa untuk menunjukkan tepat tidaknya response atau jawaban tersebut. Menurut teori "Stimulus Response", di dalam proses belajar meng-ajar, setiap siswa diberi rangsangan yang menghendaki jawaban terten¬tu. Selanjutnya siswa mendapatkan umpan balik tentang benar tidaknya response tersebut. Stimulus tersebut berupa pengalaman atau kejadian tertentu yang disampaikan kepada siswa untuk merangsang pikiran hingga siswa berbuat seperti yang diharapkan. Stimulus tersebut dapat berbentuk ucapan (verbal), penglihatan (visual), gerak (motion),dan warna (color). Kata-kata adalah contoh utama rangsangan yang bersifat verbal yang dapat berbentuk ucapan maupun tulisan. Contoh untuk ini misalnya tugas untuk mempelajari ketrampilan menginterview (wawancara), atau menulis paper. Stimulus yang dapat dipilih untuk keperluan tersebut misalnya kaset radio, ceramah, diskusi kelompok, buku, dan sebagainya. , Slide transparansi, diagram, grafik, flowchart, film strip adalah contoh¬-contoh stimulus yang berkenaan dengan penglihatan (visual) dan ini dapat dipilih untuk merangsang perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan penglihatan (visual) misalnya agar siswa dapat menunjukkan nama-nama bagian dalam tubuh manusia. Untuk tugas yang berkenaan dengan gerak (motion) seperti setir mobil, tarian, senam, dan sebagainya, stimulus berupa film movie, video tape, contoh gerakan langsung adalah tepat. Stimulus berupa warna (color) diperlukan bila siswa perlu membedakan macam-macam warna, seperti warna darah, cat, dan sebagainya. Untuk ini strategi penggunaan film dan slide berwama, gambar warna sesung¬guhnya adalah tepat. Tentang Response dan Feedback: Memperoleh informasi response siswa selama pengajaran berlangsung mempunyai peranan penting untuk efisiensi dan efektifitas program pengajaran. Dalam hal ini yang terpenting ialah pengumpulan data (informasi) yang berkenaan dengan response siswa untuk mengevaluasi hasil belajar. Berdasar tepat tidaknya response siswa, umpan balik dapat diberikan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan yang dijumpai atau untuk meningkatkan prestasinya. Di dalam disain instruksional perlu ditentukan jenis response/feedback yang diperlukan dan media yang digunakan. Jenis response yang diberikan siswa dapat berbentuk tulisan, ucapan ataupun performance.Jenis response tergantung dari TIK yang harus dikuasai siswa. Bila TIK menghendaki agar siswa dapat memotret, maka jenis response yang tepat adalah "performance". Bila TIK menghendaki siswa dapat ber¬pidato, maka jenis response yang tepat adalah ucapan (oral). Bila TIK menghendaki siswa dapat menulis suatu karangan, jenis response yang tepat adalah tulisan. Jadi, berdasar uraian di atas, langkah pertama, dalam memilih strategi instruksional ialah menganalisis jenis "stimulus - response dan feedback" yang harus dipelajari oleh siswa. Ad. b Lingkungan Belajar (Learing Environment) Langkah selanjutnya dalam proses pemilihan strategi instruksional ialah menentukan lingkungan belajar (instructional setting). Setting di sini meliputi dalam kelas besar, kegiatan dalam laboratorium, studi independen atau kerja praktek. Kegiatan kelas besar tepat sekali untuk ceramah, diskusi kelompok, melihat film bersama-sama. Kerja laboratorium sangat tepat bila siswa dikehendaki mendapat pengalaman secara individual dengan menggunakan alat-alat tertentu, misalnya menganalisis jenis darah. Studi independen sangat tepat bila untuk TIK tertentu telah tersedia paket-paket pengajaran yang dapat di¬pelajari secara individual seperti modul, pengajaran berprograma. Kerja praktek/kerja lapangan akan memungkinkan siswa mendapat pengala¬man langsung untuk melaksanakan tugas yang kelak akan menjadi tang¬gung jawabnya. Ad. c Besar Kecilnya Kelompok Belajar Bila materi tertentu lebih berhasil dipelajari secara berkelompok, maka strategi yang tepat adalah dengan menggunakan kelompok (group seheduled). Sebaliknya, bila suatu materi lebih baik bila dipelajari secara individual, maka strategi individual (individual paced) adalah lebih tepat. Di dalam strategi belakangan ini waktu belajar (kapan mulai, kapan selesai) ditentukan oleh siswa. Hal ini berbeda dengan strategi yang perta¬ma, di mana siswa tidak mempunyai wewenang untuk menentukan sendiri-sendiri waktu untuk belajar, melainkan sudah dijadwal secara pasti. 2. Aspek-aspek Tujuan Instruksional Khusus Objective (TIK) sangat berguna bahkan menentukan strategi instruksional. Objective menjadi dasar penyusunan strategi instruk¬sional. Menurut Merriil (1972, p.1), dalam menentukan strategi instruksi¬onal, media dan sumber harus selalu berorientasi kepada TIK. 3. Pola- pola Kegiatan Belajar Mengajar Pola-pola kegiatan belajar mengajar juga merupakan dasar di dalam memilih strategi instruksional. Dalam hal ini menurut Ely (1979) pada dasamya ada tiga macam pola dasar kegiatan belajar mengajar ditin¬jau dari segi jumlah siswa yang belajar. a.Pengajaran untuk grup besar (large group instruction). Pola ini diikuti oleh lebih dari 30 orang. b.Pengajaran untuk grup kecil (small group instruction). Pola ini diikuti oleh 5 - 15 siswa. c.Pengajaran secara individual (individualized instruction). Pola ini diikuti oleh 1- 3 orang. Sementara itu Kemp (1977) juga mengemukakan adanya tiga macam pola kegiatan belajar mengajar, namun segi peninjauannya berbeda dengan pendapat tersebut di atas. Tiga macam pola kegiatan belajar mengajar menurut Kemp adalah sebagai berikut: a. Presentasi (presentation); di sini guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara ceramah (lecturing), berbicara secara informal, menulis di papan tulis, menunjukkan sesuatu dengan memakai alat bantu seperti film, radio, menunjukkan benda asli atau tiruannya dan sebagainya. b. Studi independen (independent study); di sini siswa bekerja sendiri misalnya dengan membaca buku, memecahkan masalah, menulis laporan, menggunakan laboratorium, perpustakaan, mendengarkan radio, melihat televisi, dan sebagainya. Interaksi guru siswa (teacher-student interaction). Di sini guru dan siswa bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil untuk diskusi, tanya jawab, mengerjakan proyek tertentu menulis laporan, dan sebagainya. Untuk berbagai jenis pola kegiatan belajar tersebut terdapat lebih dari satu strategi instruksional yang dapat dipilih. Adapun macam-¬macam strategi instruksional yang dapat dipilih untuk keperluan kegiatan belajar menurut pola-pola tersebut adalah sebagai berikut: 1.Pengajaran dengan computer (CAI = Computer Assisted instruc¬ tion): ialah teknik-teknik mengajar dengan menggunakan program komputer. Di Indonesia masih langka digunakan mengingat biaya mahal dan teknisi pendidikan untuk ini pun masih sangat sedikit. Di negara-negara maju, CAI sudah populer digunakan. 2.Demonstrasi (Demonstration). Kegiatan belajar/mengajar di mana instruktur atau.lainnya menggunakan contoh, percobaan atau menunjukkan proses/kejadian sebenarnya untuk menunjukkan suatu prinsip, dalil atau cara mengerjakan sesuatu. 3.Observasi Terarah (Directed Observation). Pengamatan- terarah/terpimpin yang diadakan dengan maksud untuk meningkatkan pengertian, pengetahuan dan penilaian terhadap sesuatu yang diamati. 4.Diskusi (discussion). Kegiatan di mana siswa, di bawah petunjuk instruktur saling tukar menukar pendapat/pandangan mengenai sesuatu topik, pertanyaan, atau problema untuk pada akhimya diambil suatu keputusan atau kesimpulan. 5.Dramatisasi (dramatization). Suatu kegiatan belajar berkenaan dengan penafsiran secara ekspresif terhadap suatu idea, konsep atau suatu peranan. 6.Drill (latihan). Kegiatan belajar secara teratur, berulang kali, dengan maksud membantu untuk menguasai skills (ketrampilan) atau pengetahuan tertentu. 7.Percobaan (eksperimen). Kegiatan belajar yang meliputi proses/prosedur yang terencana diikuti dengan kontrol terhadap keadaan dan atau kontrol terhadap variasi atau perubahan keadaan, diikuti dengan pengamatan terhadap hasilnya dengan maksud untuk menemukan hubungan, dan un¬tuk menilai benar tidaknya suatu hipotesis yang telah ditentukan. 8.Pengalaman Lapangan (Field Experience). Kegiatan belajar secara langsung, praktek di lapangan kerja yang sesungguhnya. 9.Permainan (gaming). Kegiatan belajar di mana siswa berkompetisi baik secara fisik maupun mental sesuai dengan aturan permainan yang telah ditetapkan. 10.Studi Independen. Teknik belajar di mana siswa melakukan kegiatannya bukan dalam bentuk perkuliahan resmi, tetapi ia siswa tersebut mengadakan konsultasi dengan instruktur/guru/para guru sampai proyek indivi¬du yang dikerjakan selesai. 11.Pengalaman Laboratorium (Laboratory Experience). Kegiatan belajar yang dilaksanakan dalam suatu laboratorium, direncanakan untuk seseorang atau suatu kelompok belajar yang mempelajari suatu bidang studi tertentu termasuk mempraktekkan teori-teori dengan melalui pengamatan, percobaan, riset, atau dalam hal mempelajari bahasa asing, termasuk di dalamnya belajar dengan jalan demonstrasi, drill (latihan), dan praktek. Termasuk di sini mempelajari seni seperti seni lukis dan musik, meski lebih sesuai untuk seni ini disebut sebagai pengalaman studio. 12.Kuliah/ceramah (Lecturing). Suatu kegiatan di mana instruktur memberikan presentasi secara lisan mengenai suatu fakta, atau dalil-dalil atau prinsip. Sedang siswa mengikutinya dengan membuat catatan (note-taking). Kegiatan belajar yang demikian biasa diikuti dengan tanya jawab atau diskusi. Namun mengingat sifat kuliah ini, biasanya siswa lebih banyak pasif. 13.Mendengarkan (Listening). Kegiatan belajar di mana siswa disediakan alat untuk belajar dengan cara mendengarkan. 14.Manipulasi dan Meraba (manipulate and tactile activity). Kegiatan belajar di mana siswa menggunakan gerakan berbagai ang¬gota badan dan saraf perabanya untuk mengembangkan ketram¬pilannya. 15.Model dan Tiruan (Modeung and Imitation). Suatu kegiatan di mana siswa mendengarkan kepada, atau mengamati suatu model, atau tiruan suatu obyek dengan maksud untuk latihan dan meningkatkan ketrampilannya. 16.Diskusi Panel (Panel Discussion). Penyampaian materi secara logis dan teratur oleh ahli-ahli dalam materi yang bersangkutan dan dipilih untuk keperluan tersebut. 17.Praktikum. Kegiatan di mana siswa diberi kesempatan untuk mempraktekkan ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang telah diperoleh melalui kegiatan belajar yang lain. 18.Pemecahan masalah (Problem Solving). Proses berfikir yang disusun oleh instruktur dan dilaksanakan oleh siswa agar siswa dapat merumuskan masalah secara jelas, menyusun hipotesis, mencari alternatif pemecahan, dan mentes hipotesis terse¬but. 19.Pengajaran Terprogram (Programmed Instruction). Kegiatan belajar setapak demi setapak sesuai dengan kecepatan dan kesempatan siswa di mana siswa memberi response terhadap stimu¬lus yang diberikan kepadanya, dan siswa segera mendapatkan pengetahuan mengenai benar tidaknya response yang ia berikan. 20.Tutorial (tutoring). Teknik mengajar di mana pelajaran diberikan kepada siswa secara individual dengan hubungan langsung antara siswa dan guru. 21.Pengajaran melalui program TV (Instructional Television). Teknik mengajar dengan menggunakan pesawat TV dan program TV. 22.Pengajaran mela/ui program radio (Radio Instruction). Teknik mengajar dengan menggunakan pesawat dan program radio dengan berbagai gelombang. 23.Seminar. Teknik mengajar di mana suatu grup siswa melakukan riset atau studi lanjut, bertemu bersama di bawah bimbingan guru kemudian mendiskusikan hasil risetnya. 24.Simulasi (Simulation). Kegiatan belajar di mana siswa sebagai peserta berperan menirukan situasi kejadian senyatanya. 25.Proyek. Suatu unit kegiatan yang mempunyai nilai edukatif mempunyai satu atau lebih tujuan tertentu untuk memperdalam pemahaman, termasuk di dalamnya penemuan hal-hal baru dan pemecahan suatu masalah. 26.Resitasi (Recitation). Kegiatan berupa penyampaian laporan kepada teman sekelas atau kelompok mengenai suatu informasi yang diperoleh dari studi indivi¬dual atau kelompok. Kriteria Pemilihan Strategi/Instruksional Seperti telah disebutkan di atas, banyak macam ragam metode. Mungkin lebih dari sekedar yang tercantum sejumlah 26 di atas. Kese-muanya bisa dipergunakan untuk menyampaikan informasi dan meng-ajarkan ketrampilan. Namun, kesemuanya tidaklah sama efektifnya di dalam membantu men¬capai masing-masing tujuan instruksional. Oleh karena itu, perlu pemilihan yang tepat. Petunjuk di dalam memilih metode yang tepat menurut Mager (1977, p. 54) sebagai berikut: 1.Memperhatikan tujuan instruksional (objectives). Bagaimana tipe TIK-nya ? Mengajar olah raga atau gerak badan ? Di sini movie/film adalah tepat. Jadi, dalam hal ini perlu dipilih metode yang paling dekat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh TIK. 2.Pilih teknik yang membawa siswa untuk menunjukkan ketrampilan sesuai dengan yang diharapkan setelah bekerja. Bila setelah bekerja, pekerjaannya menghendaki ia pandai bicara, pilihlah metode yang memungkinkan ia praktek berbicara. 3.Pilih teknik yang menyebabkan siswa dapat mengerjakan paling banyak kegiatan dalam waktu tertentu. Misalnya film bersuara lebih baik daripada film tak bersuara, karena yang pertama tadi memungkinkan siswa untuk melihat dan mendengarkan. Sementara itu menurut Kemp (1977, p. 62) di dalam memilih strategi instruksional atau kegiatan belajar mengajar perlu diperhatikan perta¬nyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1.Apakah materi pelajaran tersebut paling baik kalau disampaikan kepada semua siswa secara serentak bersama-sama dalam suatu waktu ? 2.Apakah materi pelajaran tersebut paling baik kalau dipelajari siswa secara individual sesuai dengan kecepatan dan kesempatan masing¬masing ? 3.Apakah diperlukan pengalaman yang hanya bisa berhasil diperoleh dengan jalan diskusi dan lain-lain kerja kelompok di antara para siswa dengan atau tanpa kehadiran guru ? 4.Apakah diperlukan adanya diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa ?

0 on: "PEMILIHAN STRATEGI INSTRUKSIONAL"