PEMILIHAN MATERI PELAJARAN

Pemilihan Materi Pelajaran Problem yang sering dihadapi oleh para guru dan dosen adalah "begitu banyaknya materi yang harus diajarkan dengan waktu yang ter-batas" (Kozma, 1978, h.225). Di samping problem tersebut, para guru dan dosen juga sering mengalami kesulitan di dalam mengorgani-sasikan materi pelajaran yang akan diajarkan. Lebih-lebih bila kurikulum di dalam lembaga pendidikan di mana guru atau dosen tersebut bekerja belum dijabarkan secara ter¬perinci seperti terjadi di Indonesia khususnya sering meng¬alami perubahan kurikulum. Dalam hal ini dikecualikan Kurikulum SD - SLTA 1975, di mana di dalamnya telah ada perincian secara lengkap mengenai materi yang harus diajarkan dalam bentuk Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan. Di dalam proses penyusunan disain instruksional pemilihan materi pelajaran (content selection) dilakukan setelah topik dipilih, tujuan instruksional khusus dirumuskan dan setelah alat evaluasi (tes) ditentukan. Ketepatan pemilihan materi dan sumber di mana materi tersebut diperoleh, begitu pun prosedur pemilihannya sangat penting dikuasai oleh para guru. Uraian berikut diharapkan dapat memberikan bekal bagi para guru untuk memiliki ketrampilan di dalam Pemilihan materi pelajaran. Sumber Materi Pelajaran Kegiatan belajar siswa (mahasiswa) didasarkan atas materi (bahan) pelajaran. Materi pelajaran ini mendukung tercapainya TIK. Pada keba-nyakan guru dan dosen, materi pelajaran (subject content) merupakan titik utama di dalam kegiatan mengajamya. Hal ini lazim terjadi pada cara-cara tradisional yang dikenal dengan nama pengajaran yang ber¬pusat pada materi atau bahan (subject-centered teaching). Menurut "subject-centered teaching" ini buku-buku teks merupakan sumber utama dari materi pelajaran. Bahkan buku-buku teks ini pula yang menentukan tujuan instruksional, materi pelajaran dan langkah-langkah (urutan) pengajaran. Sebagai akibatnya, semua kegiatan mengajar berpusat pada suatu buku. Menurut cara ini di dalam mengajar, seorang guru atau dosen memilih satu atau lebih buku untuk diajarkan kepada siswa atau mahasiswa, dan langkah-langkah mengajarkannya, begitu pun materi yang diajarkan adalah sesuai dengan daftar isi buku tersebut. Menurut konsep penyusunan disain instruksional secara sistematis, buku-buku teks hanyalah merupakan salah satu sumber untuk memilih materi (bahan) pelajaran. Materi yang harus diajarkan untuk suatu bidang studi adalah dinamis, dalam arti berubah dari waktu ke waktu, tidak statis seperti tercantum di dalam buku-buku teks. Oleh karena itu, para guru atau dosen di dalam memilih sumber materi perlu memperhatikan penerhitan-penerbitan berkala seperti majalah, jurnal, para konsultan yang berpengalaman, termasuk pengalaman praktek para guru/dosen sendiri di dalam mengadakan penelitian dan lain-lain sumber yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Macam-macam Materi Pelajaran Apakah yang dimaksud dengan materi pelajaran (subject content) dan bagaimana macamnya (content type)? Menurut Kemp (1977, h. 44), materi pelajaran dalam hubungannya dengan proses penyusunan disain instruksional merupakan gabungan antara pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), ketrampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan, dan syarat-syarat) dan faktor sikap. Kemp membedakan "knowlegde, skills and attitude'". Berbeda dengan pendapat Kemp adalah pendapat Merril (1977, h.37) yang membedakan isi (materi) pelajaran menjadi empat macam yakni "fact, concept, procedure and principle". Cara yang paling mudah untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan termasuk fakta, konsep, prosedur atau prinsip, ialah dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1.Apakah siswa diminta untuk mengingat nama suatu obyek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya "ya", maka materi pela¬jaran tersebut termasuk dalam kategori "fakta". Contoh: Seorang guru mengajarkan bentuk dan susunan negara RI, seorang guru SD mengajarkan nama-nama ibu kota propinsi di seluruh Indonesia. 2.Apakah siswa diminta untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan beberapa contoh sesuai dengan suatu definisi ? Kalau "ya" berarti yang diajarkan tersebut adalah "konsep". Contoh: Seorang guru mengajarkan definisi atau pengertian jajarangenjang, menjelaskan ciri-ciri binatang buas, menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasi¬kan mana yang termasuk tumbuhan yang berakar serabut dan ber¬akar tunggal. 3.Apakah siswa diminta untuk menjelaskan langkah-langkah, pro¬sedur secara urut, atau memecahkan suatu masalah atau membuat sesuatu? Bila "ya", maka materi pelajaran tersebut termasuk "prosedur" .Contoh: Seorang dosen mengajarkan bagaimana proses penyusunan undang-undang. Seorang guru mengajarkan bagaimana membuat magnit buatan. 4.Apakah siswa diminta untuk mengemukakan hubungan antara beberapa konsep, atau menerangkan keadaan ataupun hasil hubung-an antara berbagai macam konsep ? Bila "ya", berarti materi pelajaran tersebut termasuk dalam kategori "prinsip". Contoh: Dosen menerangkan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Guru menerangkan sebab-sebab terjadinya gerhana bulan atau matahari. Langkah-langkah Pemilihan Materi Pelajaran Membuat catatan atau menyiapkan outline pelajaran, pidato, ceramah, paper, kuliah, pada hakekatnya adalah membuat daftar materi pelajaran. Di dalam memilih isi pelajaran, pada langkah pertama, sebaiknya dicantumkan lebih banyak daripada yang diperlukan. Alasan untuk ini seperti dikemukakan oleh Kemp, ialah bahwa lebih mudah mengurangi beberapa bagian belakangan daripada mencari tambahan materi pada waktu program sedang berjalan (1977, h.44). Menurut prinsip-prinsip penyusunan disain instruksional, langkah¬-langkah yang sebaiknya diikuti ialah pertama-tama merumuskan tujuan instruksional umum, kemudian merumuskan tujuan instruksional khusus, barulah kemudian menentukan materi pelajaran. Di dalam praktek sering terjadi, lebih mudah bila dimulai dari peru¬musan tujuan instruksional umum, kemudian diikuti menyusun daftar materi yang akan dipelajari atau diajarkan, kemudian baru menyusun tujuan instruksional khusus sesuai dengan materi pelajaran tersebut. Terakhir mencocokkan materi pelajaran dengan tujuan instruksional khusus. Di dalam merumuskan tujuan instruksional khusus, seyogyanya dimulai dari hal yang kongkrit, kemudian dilanjutkan kepada konsep, prinsip dan terakhir kepada hal-hal yang lebih abstrak. Oleh karena TIK erat sekali dengan materi pelajaran, maka 'pengorganisasian materi pel-ajaran pun seyogyanya disesuaikan dengan TIK tersebut, artinya dimulai dari hal-hal yang kongkrit dan sederhana kemudian kepada hal-hal yang rumit dan abstrak. Pengorganisasian yang demikian akan lebih memudahkan cara mempelajarinya. Teknik lain untuk memilih dan menyusun materi pelajaran adalah dengan mendasarkan atas penggunaan "generalisasi" dan "konsep". Hal ini dikemukakan oleh Kozma (1978, h.226). Menurut Kozma, bila generalisasi dan konsep dipandang sebagai pembentuk suatu bidang studi tertentu, maka generalisasi dan konsep tersebut selanjutnya dapat disusun di dalam suatu kerangka yang dapat memberi petunjuk pemilihan dan pengembangan TIK, strategi instruksional dan prosedur evaluasi. Sebagai contoh, berikut dikemukakan generalisasi yang telah dipilih untuk mengajar bidang studi ekonomi dengan topik "Inflasi". "Kenaikan jumlah uang yang beredar dibarengi dengan-penurunan jumlah barang yang tersedia untuk dibeu akan menghasilkan inflasi harga-harga". Setelah "generalisasi" tersebut dipilih, pengajaran dapat diorganisasi¬kan dengan menggunakan pengalaman-pengalaman belajar yang secara logis berhubungan dengan generalisasi tersebut. Dalam beberapa hal, misalnya dengan memilih beberapa halaman dari suatu buku teks. Selain itu dapat juga digunakan sumber lain untuk menyusun materi tersebut, yang jelas penggunaan "generalisasi" sebagai dasar penyusunan materi pelajaran akan membuat pengajaran bertitik pangkal kepada "generalisasi" tersebut tidak kepada halaman per halaman dari suatu buku teks. Untuk jelasnya perlu didiskusikan tentang apa yang dimaksud dengan "generalisasi". Generalisasi adalah suatu hipotesis yang kebenarannya masih perlu diuji dengan bukti-bukti. Generalisasi yang telah teruji kebenarannya sehingga berlaku di mana-mana dan kapan saja kadang-kadang disebut "prinsip". Generalisasi biasanya merupakan perumusan hubungan an¬tara berbagai konsep. Seperti contoh di atas, konsep-konsep yang mem¬bentuk generalisasi misalnya "kenaikan jumlah uang yang beredar", "penurunan", "barang yang tersedia", "inflasi" dan sebagainya. "Konsep" sendiri berarti suatu pengertian. Apakah yang dimaksud dengan "uang"? Jawab atas pertanyaan ini berarti kita mendefinisikan arti "uang". Bagaimana langkah-langkah menyusun dan memilih materi pelajaran? Di dalam lembaga pendidikan yang kurikulumnya telah dikembangkan dengan baik, sudah barang tentu tidak akan dijumpai kesulitan dalam menyusun materi pelajaran. Dalam keadaan yang demikian pemilihan generalisasi dan konsep yang akan diajarkan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Dalam hal ini Kurikulum SD - SLTA 1975 telah memberikan petunjuk yang memadai meskipun belum sempuma betul. Namun pada lembaga pendidikan tinggi terlebih-lebih bagi perguruan tinggi yang kuriku¬lumnya sering diadakan perubahan, masih diperlukan usaha yang keras untuk menyusun materi perkuliahan. Kebanyakan kurikulum dikem¬bangkan oleh masing-masirig dosen tanpa koordinasi yang sistematis. Bila petunjuk pengembangan kurikulum belum tersedia, kiranya langkah-langkah berikut dapat dipakai sebagai pegangan. 1.Identifikasi nama unit atau topik yang akan diajarkan. 2.Tiap unit atau topik, identifikasi generalisasi dan konsep yang akan dipakai sebagai pedoman (guide) pengajaran. 3.Identifikasi konsep-konsep dan sub konsep yang meliputi generalisasi tersebut. 4.Susun generalisasi dan konsep tersebut menurut urutan yang logis. 5.Kembangkan kerangka rencana unit pengajaran untuk masing¬-masing generalisasi dan konsep yang termasuk di dalamnya.

1 on: "PEMILIHAN MATERI PELAJARAN"